My status

Sabtu, 31 Desember 2011

Klasifikasi manusia ketika hasad dan Bahaya Hasad

it's an information blog

Larangan saling dengki (2): Klasifikasi manusia ketika hasad dan Bahaya Hasad
Oleh : Abu Abdillah Syahrul Fatwa

Klasifikasi manusia ketika hasad
Hasad memang sudah tertanam dalam hati manusia, oleh karena itu manusia akan dengki bila ada orang yang mengunggulinya dalam sesuatu keutamaan. Apabila hasad timbul dalam dirimu, maka janganlah meremehkannya, karena ia bagaikan tanaman yang akan terus berkembang apabila disirami. Dan akan terus bertambah apabila dibiarkan begitu saja tanpa usaha untuk menghilangkannya.

Syaikhul Islam rohimahulloh mengatakan : “Karena itu dikatakan : tidak ada satu jiwapun kecuali terjangkiti penyakit hasad, tetapi orang yang mulia adalah orang yang menyembunyikannya, sedangkan orang yang tercela adalah yang menampakkannya.” (Majmu’ Fatawa 10/ 124)

Manusia dalam hal hasad terbagi menjadi empat golongan5 :

Golongan pertama : Mereka berusaha menghilangkan nikmat orang yang dia dengki dengan cara berbuat aniaya, baik dengan perkataan atau perbuatan.

Golongan ini terbagi lagi menjadi dua :
1. Berusaha agar kenikmatan yang diperoleh saingannya berpindah pada dirinya.
2. Tidak berusaha agar nikmat orang yang dia dengki berpindah pada dirinya.

Golongan kedua : Mereka tidak berusaha mewujudkan hasadnya, tidak menganiaya orang yang dia dengki dengan ucapan maupun perbuatan.

Golongan kedua ini juga ada dua macam :
Orang yang tidak kuasa dan tidak mungkin menghilangkan hasad dalam dirinya. Hasadnya terkalahkan, maka dia tidak berdosa. Karena semua orang mesti ada rasa hasad kepada orang yang menjadi saingan dan mengunggulinya.

Orang yang menimbulkan rasa hasad dari dirinya sendiri. Dia selalu berangan-angan agar nikmat saingannya hilang. Orang semacam ini persis seperti orang yang bertekat untuk berbuat maksiat. Orang yang hasad semacam ini tidak luput untuk menganiaya lawannya dengan ucapan maupun perbuatan, hingga dia berdosa karena perbuatannya.

Golongan ketiga : Di antara manusia ada yang hasad akan tetapi tidak berangan-angan agar nikmat lawannya hilang. Bahkan dia berusaha menirunya dalam kebaikan, dia ingin mendapat seperti yang diraih temannya.

Apabila tujuannya ingin meraih kebaikan dalam masalah dunia, maka tidak ada baiknya sama sekali, walaupun hal itu boleh. Alloh subhanahu wa ta’ala berfirman :
قَالَ الَّذِينَ يُرِيدُونَ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا يَا لَيْتَ لَنَا مِثْلَ مَا أُوتِيَ قَارُونُ إِنَّهُ لَذُو حَظٍّ عَظِيمٍ
“ Berkatalah orang-orang yang menghendaki kehidupan dunia : “ Kiranya kita mempunyai seperti apa yang telah diberikan kepada Qorun : Sesungguhnya ia benar-benar mempunyai keberuntungan yang besar.” (QS. Al-Qoshos [28] : 79)

Apabila tujuannya ingin meraih kebaikan dan keutamaan dalam masalah agama, maka itu baik. Ini adalah hasad yang disyari’atkan. Alloh berfirman :
وَفِي ذَلِكَ فَلْيَتَنَافَسِ الْمُتَنَافِسُونَ
“Dan untuk yang demikian itu hendaknya orang berlomba-lomba. (QS. Al-Muthoffifin [83] : 26)

Nabi shollallohu alaihi wa sallam bersabda :
لَا حَسَدَ إِلَّا فِي اثْنَتَيْنِ رَجُلٌ آتَاهُ اللَّهُ الْقُرْآنَ فَهُوَ يَتْلُوهُ آنَاءَ اللَّيْلِ وَآنَاءَ النَّهَارِ وَرَجُلٌ آتَاهُ اللَّهُ مَالًا فَهُوَ يُنْفِقُهُ آنَاءَ اللَّيْلِ وَآنَاءَ النَّهَارِ
“Tidak ada hasad kecuali dalam dua perkara : Seorang yang Alloh berikan Al-Qur’an . Dia mengamalkannya siang dan malam. Seorang yang Alloh berikan harta lalu ia infakkan siang dan malam. (HR. Bukhori : 4637, Muslim : 1350) Inilah yang dinamakan ghibtoh.

Golongan keempat :
Di antara manusia apabila mendapati pada dirinya ada rasa hasad, dia berusaha untuk menghilangkannya. Berusaha berbuat baik kepada orang yang dia dengki, bahkan mendoakan dan menyebarkan kebaikannya.

Dia akan terus berusaha untuk menghilangkan hasad dalam dirinya dan berusaha mengganti rasa hasad dengan rasa kecintaan supaya saudaranya muslim menjadi lebih baik daripada dirinya sendiri. Contoh semacam ini adalah tingkatan iman yang paling tinggi. Pelakunya adalah seorang mukmin yang sempurna imannya. Dia mencintai saudaranya sebagaimana mencintai dirinya sendiri.

Malapetaka dan bahaya hasad
Orang yang hasad secara sadar maupun tidak telah terjatuh dalam beberapa perkara dan malapetaka yang tidak bisa dianggap ringan6 :

Pertama : Membenci takdir Alloh, karena apabila dia benci terhadap apa yang Alloh berikan kepada orang lain, pada hakekatnya penentangan terhadap takdir Alloh juga7.

Kedua : Hasad menghapus kebaikan sebagaimana api menghanguskan kayu bakar. Karena pada umumnya, orang yang hasad akan menganiaya orang yang ia dengki. Dia akan menyebutkan sesuatu yang dibencinya, menghasud manusia agar menjauhinya dan lain-lain. Ini adalah dosa besar yang menghapuskan kebaikan.

Ketiga: Orang yang hasad akan merasa sesak dada ketika melihat orang lain mendapat nikmat. Acapkali kita melihat orang dengki hatinya gundah, sedih dan dadanya sesak. Dia akan selalu mengawasi saingannya, kesedihan adakn bertambah dan dunia terasa sempit bila saingannya mendapat nikmat.

Keempat : Hasad adalah akhlak orang yahudi. Alloh subhanahu wa ta’ala berfirman :
أَمْ يَحْسُدُونَ النَّاسَ عَلَى مَا آَتَاهُمُ اللَّهُ مِنْ فَضْلِهِ فَقَدْ آَتَيْنَا آَلَ إِبْرَاهِيمَ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَآَتَيْنَاهُمْ مُلْكًا عَظِيمًا
Ataukah mereka dengki kepada manusia (Muhammad) lantaran karunia yang Alloh berikan kepadanya? Sesungguhya kami telah memberikan Kitab dan hikmah kepada keluarga Ibrahim, dan kami telah memberikan kepadanya kerajaan yang besar (QS. An-Nisa [4] : 54)

Dan sudah kita maklumi bersama, bahwa orang yang menyerupai suatu kaum maka dia termasuk kaumnya. Berdasarkan sabda nabi yang berbunyi :
مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ
Barang siapa yang menyerupai suatu kaum maka dia ternmasuk golongan mereka. (HR. Abu Dawud ; 4031, Ahmad 2/50, Syaikhul Islam berkata dalam Majmu Fatawa 5/331 : “Sanadnya bagus.” Imam Suyuthi menghasankannya dalam al-Jami’ Ash-Shoghir : 6025, oleh al-Albani)

Kelima : Sekuat apapun hasadnya, tidak mungkin menghilangkan nikmat Alloh yang telah Dia berikan kepada orang lain. Lantas mengapa hasadnya masih mengurat dalam hati?

Keenam : Hasad menafikan kesempurnaan iman. Berdasarkan sabda Nabi shollallohu alaihi wa sallam yang berbunyi :
لَا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ لِأَخِيهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ
Tidak sempurna iman salah seorang di antara kalian sehingga ia mencintai untuk saudaranya apa yang dicintainya untuk dirinya. (HR. Bukhori : 13, Muslim : 45)

Kelaziman hadits ini, seharusnya engkau benci apabila nikmat Alloh hilang dari saudaramu, bukan malah senang. Apabila engkau senang nikmat Alloh hilang darinya, berarti engkau belum mencintai saudaramu apa yang dicintai oleh dirimu sendiri. Dan hal ini jelas mengurangi kesempurnaan iman.

Ketujuh : Hasad akan menyeret pelakunya berpaling meminta keutamaan dari Alloh. Orang yang hasad akan selalu mengawasi nikmat Alloh yang diberkan kepada orang lain, sementara dirinya sendiri lupa meminta keutamaan dari Alloh. Alloh berfirman :
وَلَا تَتَمَنَّوْا مَا فَضَّلَ اللَّهُ بِهِ بَعْضَكُمْ عَلَى بَعْضٍ لِلرِّجَالِ نَصِيبٌ مِمَّا اكْتَسَبُوا وَلِلنِّسَاءِ نَصِيبٌ مِمَّا اكْتَسَبْنَ وَاسْأَلُوا اللَّهَ مِنْ فَضْلِهِ إِنَّ اللَّهَ كَانَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمًا
Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Alloh kepada sebagian kamu lebih banyak dari sebagian yang lain. (Karena) bagi orang laki-laki ada bagian daripada apa yang mereka usahakan, dan bagi para wanita pun ada bagian dari apa yang mereka usahakan. Dan mohonlah kepada Alloh sebagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya Alloh Maha mengetahui segala sesuatu. (QS. An-Nisa [4]:32)

Kedelapan : Hasad akan membawa peremehan terhadap nikmat Alloh. Orang yang hasad akan melihat dirinya seakan-akan tidak memperoleh nikmat sedikitpun. Dia selalu melihat bahwa orang yang dia dengki berada dalam nikmat yang besat. Akibatnya secara tidak langsung dia telah meremehkan nikmat Alloh dan lupa bersyukur kepada-Nya.

Kesembilan : Hasad adalah akhlak tercela, karena selalu mengawasi nikmat Alloh yang diberikan kepada orang lain. Dia selalu berusaha menghalangi kebanyakan manusia dari orang yang dia dengki.

Kesepuluh : Orang yang hasad, pada umumnya akan menyakiti orang yang dia dengki. Demikian dia akan menjadi orang yang bangkrut. Kebaikannya akan diambil oleh orang yang dia dengki. Kebaikannya akan habis, selanjutnya kejelekan orang yang dia dengki akan dilimpahkan kepadanya, kemudian dia akan dicampakkan ke neraka.

Kesimpulannya, hasad adalah akhlak tercela. Akan tetapi sangat disayangkan, perkara ini banyak terjadi pada sebagian penuntut ilmu!! Apabila rasa iri, dengki, dan hasad ini dijumpai antara para pedagang, pengusaha, atau orang awam yang mereka semua tidak paham ilmu, mungkin bisa dimaklumi. Akan tetapi kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa penyakit ini lebih banyak menjangkiti para penuntut ilmu atau orang-orang yang sudah menuntut ilmu. Wallohul Musta’an.

Catatan kaki :
5. Jami’ul Ulum wal-Hikam 2/260-263
6. Kitabul-Ilmi, Ibnu Utsaimin hlm 72-74
7. Sebagian salaf berkata : “Barang siapa yang ridho terhadap ketentuan Alloh, tidak ada seorangpun yang benci padanya. Barangsiapa yang qona’ah terhadap pemberian Alloh, rasa hasad tidak akan masuk padanya. “ Adab Dunya wa Dien, al-Mawardi hlm. 425.
8. Lihat masalah menarik ini dalam kitab Tahasud al- Ulama, Abdulloh bin Husain al- Maujan. Cet. Dar al-Manaroh
Sumber : Majalah al-Furqon Edisi 12 Tahun ketujuh / Rojab 1429 [Juli 08]

0 komentar:

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More